Wednesday, December 17, 2008

Service with heart...True Story

Di bawah ini adalah kisah nyata rekan Saya mas Agung ......................... Selamat membaca..!


"Kalo lo mau beli sepatu di toko, dan sepatu yang lo pilih nggak tersedia ukurannya, apa yang biasanya dilakukan penjaga tokonya?
Kalo dia sekedar bilang, "Maaf, ukurannya nggak ada" mungkin lo akan maklum.
Kalo dia bilang "Maaf, ukurannya nggak ada. Berminat dengan model yang ini, barangkali?" lo mungkin akan sedikit terkesan dengan upaya si penjaga toko untuk membantu.

Tapi yang gue dan Ida alami kemarin bener-bener jauh melebihi ekspektasi kami atas pelayanan toko sepatu manapun yang pernah kami kunjungi.
Ceritanya, kemarin gue dan Ida jalan-jalan ke Grand Indonesia , refreshing dikit mumpung dapur kotakkue.com lagi libur. Niat awalnya sih cuma mau cuci mata, tapi akhirnya jadi ngiler waktu liat tulisan "discount" tergantung-gantung di toko Planet Sports. Ida lantas inget pernah ngincer sepatu merk Skechers beberapa waktu yang lalu. Kamipun mampir.
Pilih punya pilih, Ida akhirnya naksir sepasang sepatu tipe casual, dan minta dibawain nomor 37 kepada Mbak Pramuniaga. Si Mbak Pramuniaga yang belakangan kami tau bernama Mbak Dhayu kemudian membawakan - bukan cuma satu - tapi 3 (tiga) kotak sepatu bernomor 37 berlainan model. Maksudnya, biar pembeli bisa lebih leluasa milih sepatu yang dirasa paling cocok. Di sini Ida udah mulai terkesan dengan semangat proaktif Mbak Dhayu.

Dari ketiga model yang disodorkan, Ida memilih sepatu warna krem bermotif bunga-bunga kecil. Tapi... "Lho, mbak, ini kok ada noda di ujungnya, ada yang masih baru nggak?" tanya Ida.
"Wah sayangnya model ini tinggal satu-satunya. .. Sebentar ya Bu, saya coba bersihin dulu di belakang," katanya. Abis ngomong gitu dia pergi ke belakang menenteng sepatu pilihan Ida. Beberapa menit kemudian dia balik dengan tampang menyesal, "Bu, saya udah coba bersihin, tapi nodanya nggak mau hilang...maaf ya Bu... Ibu mau model lainnya?"
"Nggak mau, maunya yang itu aja... di toko lain ada nggak?"
"Sebentar ya Bu, saya coba telepon ke toko kami yang lain di Plaza Indonesia ya, siapa tau mereka masih punya stok sepatu ini." Mbak Dhayu mencoba menelepon, tapi ternyata di cabang sana sepatu itu juga udah nggak tersedia.
"Ibu, mohon maaf sekali... ternyata di cabang lainnya juga nggak ada..." kata Mbak Dhayu.


"Yaaah...."
"Iya, sayang sekali ya Bu..."
"Tapi... hmmm... ya udah deh kalo gitu, saya beli yang ini aja," kata Ida.
Mbak Dhayu yang lagi sibuk membereskan kotak-kotak sepatu ternganga kaget. "Hah? Ibu mau? Tapi kan ... sepatunya kotor gini, Bu... nggak papa?"
"Nggak papa deh, abis saya maunya yang ini. Lagian nodanya juga nggak terlalu keliatan kok."
"Mohon maaf sekali ya bu, soalnya ini tinggal satu-satunya. .."
"Iya, nggak papa," kata Ida.

Di titik ini gue udah amat sangat terkesan dengan kesungguhan Mbak Dhayu melayani pembeli. Dia udah berusaha ngebersihin noda, nyariin ke toko lain, dan nampak bersungguh-sungguh ingin memberikan yang terbaik buat pembeli. Gue bisik-bisik ke Ida, "Luar biasa nih servisnya, oke banget... kasih tip gih..."
Ida juga terkesan banget, tapi dia ngerasa sungkan dan serba salah untuk ngasih tip. "Gimana ngasihnya, ntar diliat temen-temennya malah nggak enak lho.."
"Ya udah ntar abis bayar kita belaga liat-liat sepatu lainnya, nunggu sepi trus kasih tip ke dia... kan bisa."
Tapi ternyata waktu mau bayar di kasir, kejutan lainnya menanti.
Kasirnya bilang, "Ibu, ini Dhayu merasa bersalah sekali karena sepatu yang ibu beli ada cacatnya, oleh karena itu ibu mendapat discount khusus sebesar sekian persen, yang diambil dari jatah discount karyawan milik Dhayu..."
Jadi rupanya para pegawai toko Planet Sports punya jatah discount khusus untuk karyawan. Setau gue, discount ini hanya bisa digunakan secara terbatas. Wajar aja kalo dibatasi, sebab kalo nggak ntar para pegawainya pada rame-rame jual sepatu di rumahnya masing-masing, kan ? Toh dengan fasilitas discount yang sebenarnya terbatas itu, Mbak Dhayu merelakannya untuk digunakan oleh pembeli, yang bukan siapa-siapanya, bukan saudara, bukan temen, hanya karena dia mau memberikan pelayanan terbaik! Dan fakta bahwa ada noda nempel di sepatu itu kan sama sekali bukan kesalahan dia, lho. Orang dia bawa sepatu dari gudang, masih dalam kotak, tau-tau setelah dibuka ada nodanya.

Gue dan Ida sampe speechless mendapat pelayanan seperti itu.
"Mbak, nggak usah begitu, istri saya juga nggak keberatan kok dengan noda itu, toh nggak terlalu kelihatan juga. Ntar kalo Mbak sendiri mau beli sepatu di sini gimana dong, jatah discountnya udah kita pake?"
"Nggak papa Pak, soalnya saya nggak enak banget, sepatu yang Ibu beli ada cacatnya..."
Seumur-umur belum pernah gue nemuin tingkat pelayanan setinggi ini di toko sepatu manapun. Yang lebih luar biasa lagi, ini dilakukan atas inisiatif seorang pegawai biasa, bukan supervisor apalagi owner.

Pulang dari toko itu, gue dan Ida nggak bisa berhenti ngomongin soal betapa luar biasanya pelayanan yang diberikan Mbak Dhayu. "Kalo begini urusannya, mending dibuatin kue aja deh, DCC Special! Besok pagi kita ke sini lagi ya suami, anterin kue!"



***



Tadi pagi, gue, Ida dan Eriq yang seperti biasa selalu ngintil kemanapun kami pergi, dateng lagi ke Grand Indonesia dengan membawa sekotak DCC Special buat Mbak Dhayu. Di toko yang masih sepi pengunjung itu kami bertiga berbaris masuk. Kotak kue di tangan Ida, kamera siap di tangan gue dan Eriq. Kami langsung menemukan Mbak Dhayu lagi bertugas di bagian sepatu wanita.
Ida langsung menyodorkan kue sambil bilang, "Mbak Dhayu, saya sangat terkesan dengan bantuan Mbak Dhayu kemarin... jadi, ini saya bawakan kue untuk Mbak, terima kasih ya Mbak..."

Sekarang giliran Mbak Dhayu yang speechless. "Waduh ibu, nggak papa bu, itu kan barangnya udah reject sekali... saya... juga terkesan sekali ini...dapat kue begini..."
Eriq langsung mulai beraksi menjepretkan kamera, tapi karena umumnya di dalam toko kita nggak bisa seenaknya motret, maka buru-buru gue ajak Mbak Dhayu untuk berfoto bareng di depan toko. Jepret-jepret- jepret... beres, dan sebelum dia sepenuhnya sadar apa yang telah terjadi, kami langsung pamit pulang :-)



Buat para boss di PT.Mitra Adi Perkasa, pemilik jaringan Planet Sports, gue berharap ada apreasiasi lebih buat orang-orang seperti Mbak Dhayu. Dia membuktikan bahwa apapun pekerjaan kita, kalo dikerjakan dengan sepenuh hati dan nggak males berbuat lebih, maka efeknya juga akan sangat luar biasa. Saat memberikan pelayanan ke Ida, gue yakin Mbak Dhayu nggak akan menyangka perbuatannya akan diketahui oleh ratusan orang lewat tulisan ini. Mudah-mudahan bisa menginspirasi rekan-rekannya di Planet Sports, atau para pekerja di manapun, untuk nggak tanggung-tanggung saat bekerja. Lucunya, saat kita main 'hitung-hitungan' di pekerjaan, maka yang kita terima biasanya jauh di bawah hitungan. Tapi sebaliknya, saat kita berhenti berhitung dan rela berbuat lebih, biasanya yang kita dapet malah jauh melebihi harapan!

Semoga Mbak Dhayu makin sukses, dan buat kalian yang berencana beli sepatu dalam waktu dekat, gue rekomendasikan beli di Planet Sports Grand Indonesia dan jangan lupa cari Mbak Dhayu ya.."

Read more "Service with heart...True Story..."

Tuesday, December 16, 2008

Quotes Optimist

"While we may not be able to control all that happens to us, we can control what happens inside us"
Benjamin Franklin

"Optimists are right. So are Pessimists. It's up to you to choose which you will be."
Harvey Mackay





Read more "Quotes Optimist..."

Friday, December 12, 2008

Mau Visa card Gratis....!!??

Teman2 Pasti sering menggunakan searh engine atau mesin pencari untuk mencari website atau situs di internet seperti Google, yahoo search, dan lain sebaginya!

Pernah terbayangkan kalau ada search engine yang memberikan point setiap kita menggunakannya untuk searching di internet. dan poin yang terkumpul bisa ditukarkan dengan sebuah Visa card.

Caranya kita mendaftar dulu menjadi member hanya dengan mengisikan biodata seperti membuat friendster.

kita telah terdaftar menjadi member dan mendapatkan 250 POIN.

Selanjutnya setiap kali kita menggunakan searh engine ini untuk searching kita akan mendapatkan 1 POIN

kita juga bisa invite/mengajak teman untuk bergabung dan kita akan memperoloeh 25% dari searhing yang dilakukan teman kita. jadi kalau teman kita melakukan 100 searcing, poin kita akan bertambah 25 poin.Tanpa mengurangi poin teman tersebut.

Setelah mencapai 6500 POIN kita akan mendapatkan VISA CARD senilai $25. Mudah kan....

Ayo segera bergabung...
Saingan masih sedikit...
Kesempatan untuk MEMPEROLEH VISA CARD DALAM WAKTU SINGKAT akan sangat mudah terwujud...

gabung klik link ini : http://scour.com/invite/edhy_nst/ Read more "Mau Visa card Gratis....!!??..."

Friday, December 5, 2008

Kick Andy's Miracle

"Saya sedang dikejar deadline. Liputan harus segera rampung karena majalah segera naik cetak. Sementara saat itu saya masih “terdampar” di Pulau Biak, Papua, karena pesawat ke Serui selama seminggu fully booked. Saya panik. Saya lalu ingat Tuhan.

Kelihatannya cengeng. Tetapi saya tidak melihat ada jalan keluar selain memasrahkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Saya lalu bersimpuh dan berdoa. Saya memohon agar Tuhan menggunakan kuasa-Nya dengan menunjukkan keajaiban. Sebab kalau menggunakan akal manusia, saya tidak melihat ada jalan keluar. Sudah buntu.

Hari itu, akhir 1980, saya mendapat tugas liputan ke Serui. Hanya satu kali penerbangan setiap hari dari Biak ke Serui. Itupun menggunakan pesawat jenis Cessna 16 kursi. Tidak heran jika kursi selalu penuh. Lebih parah lagi, pada saat saya hendak ke Serui, kota itu sedang menyelenggarakan lomba Tilwatil Qur’an. Delegasi masing-masing daerah tumpah ruah di sana. Kursi pesawat penuh sampai seminggu kemudian.

Serui memang unik. Sebagian penduduknya berkulit putih dan berambut lurus. Sangat kontras dengan masyarakat papua yang umumnya berkulit hitam dan berambut keriting. Bagi pendatang yang baru pertama kali berkunjung ke Serui, tentu akan merasa aneh melihat ada “orang papua putih”. Sama seperti orang papua lainnya, mereka fasih berbahasa Serui. Kalaupun berbahasa Indonesia, logat papua mereka sangat kental.

Mereka yang berkulit putih ini dijuluki “Perancis” alias Peranakan Cina Serui. Dari sejarahnya, mereka memang keturunan Tionghoa. Nenek moyang mereka berasal dari daratan Cina. Para perantau ini sudah ada sejak jaman Belanda. Mereka umumnya berasal dari Tiongkok Selatan.

Para perantau merupakan pedagang yang ingin mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka berlayar ke berbagai negara. Sebagian besar masuk melalui Laut Cina Selatan menuju Pulau Natuna. Dari sana mereka menyebar ke berbagai wilayah Nusantara. Para perantau yang masuk ke Serui umumnya para pedagang yang kalah bersaing di wilayah Makassar. Mereka lalu menyisir ke arah Maluku Selatan dan sebagian akhirnya sampai di Serui, di Pulau Yapen Waropen.

Pulau Yapen Waropen ternyata menyimpan kekayaan alam yang luar biasa. Selain jenis tumbuhan yang beraneka ragam, pulau ini banyak dihuni buaya dan burung Cendrawasih. Bersama penduduk setempat, para perantau itu lalu melakukan perburuan buaya dan Cendrawasih untuk dijual ke luar negeri melalui kapal-kapal Belanda yang singgah di sana. Kulit buaya asal Serui sangat diminati karena ukurannya yang besar dan teksturnya yang bagus.

Sebagian perantau kemudian memilih menetap dan menikah dengan perempuan lokal. Keturunan mereka inilah yang kemudian lahir berbeda dengan penduduk asli. Perpaduan darah Tiongkok dan Serui menghasilkan keturunan yang berkulit putih berambut lurus, berkulit putih berambut keriting atau berkulit sawo matang dan keriting. Unik memang.

Saya ke Serui untuk menulis cerita tentang anak-anak Perancis ini. Bagaimana awal mula nenek moyang mereka masuk ke pulau itu, termasuk keyakinan sebagian orang bahwa pada mulanya perkawinan antar perantau dan penduduk asli semata untuk kepentingan bisnis. Guna mendapatkan tenaga kerja murah, para perantau menikahi perempuan setempat. Pernikahan tersebut otomatis menjadikan sang perantau sebagai bagian dari suku di sana. Dengan status itu, dia dapat menggerakan para pemburu buaya atas nama sesama suku. Dengan begitu dia bisa mendapatkan tenaga kerja murah.

Cerita yang menarik untuk ditulis. Tapi, untuk mencapai Serui tidak mudah. Penerbangan waktu itu hanya satu kali sehari. Pilihan lain, naik perahu tradisional dengan motor tempel. Tapi itu akan memakan waktu hampir seharian di lautan. Sementara saya termasuk yang mudah mabok laut.

Dalam keadaan tertekan oleh tenggat waktu untuk menyetor laporan, malam sebelum tidur, saya bersimpuh di samping tempat tidur tempat saya menginap. Saya memohon agar dengan caranya Tuhan menunjukkan kepada saya “kekuasaan-Nya” agar saya bisa mendapatkan kursi di penerbangan hari itu.

Pagi hari, saya bergegas ke kantor maskapai penerbangan yang letaknya tepat di seberang losmen. Begitu kantor dibuka, saya berharap ada penumpang yang membatalkan penerbangan hari itu. Tapi, yang saya dapat berita buruk. Selain tidak ada penumpang yang membatalkan penerbangannya, daftar waiting list juga cukup panjang. Harapan untuk bisa terbang ke Serui hari itu kandas sudah.

Dengan perasaan galau saya kembali ke losmen. Pesawat akan berangkat dua jam lagi. Saya pasrah. Yang terpikir adalah melaporkan ke Jakarta saya gagal. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba seorang tentara muncul di teras losmen depan kamar saya. Saya lupa pangkatnya. Tapi begitu bertemu saya, wajahnya tampak ceria. Dengan bersemangat dia memperkenalkan dirinya dan mengatakan selama ini dia mengagumi tulisan-tulisan saya.

Lalu bagaimana dia tahu saya menginap di losmen ini? Ternyata pagi itu, sesudah saya meninggalkan kantor maskapai penerbangan, terjadi “kekacauan”. Sejumlah calon penumpang yang panik karena tidak mendapatkan kursi penerbangan hari itu, memaksa untuk bisa naik pesawat. Umumnya mereka delegasi Tilwatil Qur’an yang ingin menghadiri acara pembukaan malam itu.

Petugas maskapai penerbangan mencoba menjelaskan bahwa kursi sudah penuh. Jangankan delegasi, pejabat saja dia tolak karena memang tidak ada kursi. Bahkan seorang wartawan dari Jakarta juga dia tolak. Petugas itu menyebut nama saya. Nah, pada saat itu tentara tersebut, yang berada di sana, terkejut. Dia meminta info keberadaan saya. Petugas maskapai lalu menunjuk losmen saya. Sebelumnya saya memang titip pesan jika ada kursi kosong, tolong diberi tahu. Saya menginap di losmen depan.

Setelah bercerita tentang beberapa tulisan saya, termasuk tulisan pengalaman saya berlayar dengan kapal Dewa Ruci mengarungi Laut Cina Selatan, sang tentara lalu menyerahkan tiketnya kepada saya. “Mas Andy pasti lebih membutuhkan tiket ini,” ujarnya. Dia lalu pergi setelah bersikeras menolak uang pengganti tiket.

Saya tercenung. Tidak percaya atas apa yang baru saja saya alami. Betapa cepatnya Tuhan menjawab doa saya. Ketika otak manusia tidak bisa memecahkan masalah, ketika semua cara menemui jalan buntu, hanya Dia yang mampu memberi jalan keluar. Bahkan dengan jalan yang tidak pernah kita duga sekalipun."


Source

Read more "Kick Andy's Miracle..."
 

Great Morning ©  Copyright by Miracles Maker | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks